Jumat, 26 Januari 2018

KH.ALI DAN PELACUR DI DALAM SATU MOBIL YANG SAMA...!!!

KH. Ali Yahya Lasem terkenal tampan, berbadan tegap dan atletis. Bila sarung, sorban, dan kopiahnya dibuka beliau mirip bule Eropa, Amerika atau Australia. Tak heran kalau banyak wanita terpesona.
Suatu hari beliau ada undangan mengisi pengajian di Jepara, saat di perjalanan mobil yang beliau tumpangi berhenti di sebuah lampu merah. Saat itu beliau duduk di samping sopir dengan melepas sorban dan kopiah yang dipakainya. Tiba-tiba seorang wanita muda, menor, dan seksi menghampirinya.

Wanita penghibur itu mengira bila lelaki gagah dalam mobil adalah turis banyak duit yang sedang mencari kesenangan di Indonesia.

“Malam, Om.”

“Malam.”

“Ikut dong, Om. Boleh, ya?”

“Oh, boleh, boleh. Silakan masuk.”

Wanita muda itu bergegas masuk mobil. Pintu ditutup dan mobil mulai jalan.

“Mau ke mana, Om? Butuh aku, gak? Aku temenin sampai pagi ya, Om?”

Sambil pakai lagi kopiah dan sorban Kiyai Ali santai menjawab, “Oo, ini lho mau ngaji di Jepara. Ndak apa-apa, silakan ikut aja.”

Wanita itu kaget dan salah tingkah, “Oh, jadi Bapak ini Kiyai, ya?”

Tadi panggil om sekarang panggil pak kiyai.

Lucu, ya? Kiyai Ali tersenyum geli.

“Maaf, Kiyai, saya benar-benar tidak tahu. Sekali lagi maaf.”

Wanita itu kian tegang dan raut wajahnya pucat ketakutan.

Tapi Kiyai Ali santai saja berkata, “Oo, ndak apa-apa. Santai saja, Mbak. Sekali-kali ikut pengajian bagus itu.”

“Ndak usah Kiyai, saya turun di sini aja.”

“Enggak bisa, pokoknya harus ikut. Tadi kan sampean bilang mau ikut, ya harus ikut.”

“Tapi saya kang gak pakai jilbab, Kiyai?”

“Gampang, nanti tak pinjem jamaah.”

“Tapi saya malu Kiyai?”

“Lho, sampean jadi pelacur ndak malu, kok pengajian malah malu. Piye to?”

“Bagaimana ini, Kiyai?” Wanita itu makin salah tingkah, “Saya takut, Kiyai?” Tadi bilang malu sekarang katanya takut. Hehe..
Dengan bijak Kiyai Ali menenangkan, “Sudahlah, santai aja.”

Mobil pun terus berjalan hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan. Jepara. Suasana tempat diselenggarakannya acara pengajian sudah ramai. Para jamaah laki-laki dan perempuan memadati area tempat acara. Gegap gempita para panitia menanti kedatangan Kiyai Ali.


Begitu turun dari mobil Kiyai Ali langsung menghampiri jamaah ibu-ibu, “Maaf Bu, bisa pinjam jilbabnya. Ini lho, Bu Nyai lupa bawa jilbab.”

Bu Nyai adalah panggilan kehormatan yang biasanya disematkan pada istri kiyai. Masa iya istri kiyai lupa berjilbab. Hehe.

Dengan sedikit bingung ibu itu menjawab tergesa-gesa, “Oh, bisa Kiyai. Sebentar saya ambilkan.”

Ibu itu bergeas pergi dan tak lama sudah kembali. Jilbab yang dibawanya itu di sodorkan ke dalam mobil dan langsung dipakai oleh sang wanita. Setelah rapi wanita itu turun dari mobil dan masyaallah… Langsung diserbu rombongan ibu-ibu untuk mencium tangannya. “Ngalap berkah,” katanya.

Mendapati sambutan kehormatan seperti itu, wanita yang kini disulap jadi Bu Nyai langsung berwajah pucat. Ia dipersilakan masuk, dijamu, dan dilayani bagaikan seorang ratu. Ada haru campur malu menyelinap di hatinya.

Pengajian pun digelar dengan seksama, Kiyai Ali menjadi pembicara yang luar biasa, penyampaiannya ringan tapi dalam makna kandungannya.

Usai acara Bu Nyai Dadakan dipersilakan menikmati jamuan rupa-rupa makanan. Lalu makan berat.

Tapi sebelum makan rombongan jamaah ibu-ibu mohon didoakan keberkahan dari Bu Nyai Dadakan, sontak saja ia kaget setengah mati. Sudah lama tak berdoa, sudah lupa doa yang dulu dihafal waktu kecil ngaji di kampung. Untungnya masih ingat Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah, Wa Fil Akhirati Hasanah..

Pun demikian sebelum pulang, jamaah ibu-ibu bergantian cium tangan dan diantar dengan hormat sampai masuk mobil.

Selama perjalanan di mobil wanita penghibur itu menangis sedu sedan, sesenggukan dengan air mata bercucuran. Kiyai Ali dan sopir membiarkannya hingga reda..

Setelah suasana agak tenang, Kiyai Ali menasihati, “Apakah sampean tidak melihat dan berpikir tentang bagaimana orang-orang tadi memperlakukanmu, menghormatimu, mengerumunimu, mengantarkanmu, dan rela juga mereka antri hanya untuk dapat mencium tanganmu satu demi satu, bahkan minta berkah doa darimu, padahal tahu sendiri kamu siapa?”

Kembali sang wanita menangis, merasa hina, miris, dan sedih mengingat perbuatan dosa yang selama ini dilakukannya. Tapi Allah menutup aibnya, Allah sangat menyayanginya.

“Hari ini,” lanjut Kiyai Ali, “Sampean dapat nasihat yang mungkin nasihat berharga selama hidupmu, maka segeralah taubat dan mohon ampun sama Allah. Jangan sampai nyawa merenggut sebelum taubat.”
Tangisnya kian deras. Kiyai Ali membiarkannya.

Sambil terisak wanita itu berkata, “Terimakasih Kiyai atas nasihatnya, dan berkah dari kejadian ini. Mulai hari ini saya bertaubat dan berhenti dari pekerjaan bejat ini. Sekali lagi terimakasih Kiyai.”

Menyeksamai kisah ini berarti kita belajar bijaksana. Para ulama, pendahulu, dan guru kita para mubaligh *berdakwah dengan baik dan bijak, mengajak tanpa menginjak, menasihati tanpa menyakiti, dan menunjukkan kebenaran tanpa merendahkan derajat kemanusiaan.*

Inilah salah satu telaga yang indah dan menyejukkan, yang menjadikan banyak orang tertarik dengan Islam. Semoga jadi pelajaran bagi kita untuk menyampaikan kebenaran dengan baik, Bil Hikmah Wal Mau Idatil


 *berdakwah dengan baik dan bijak, mengajak tanpa menginjak, menasihati tanpa menyakiti, dan menunjukkan kebenaran tanpa merendahkan derajat kemanusiaan.*

Ghirah dalam Membangun Ekonomi Ummat

*Ghirah*

Bulan lalu saya belanja bersama istri di Sodaqo Tanjung Barat. Ini 212 mart terdekat dari condet. Sudah setahun lebih setiap bulannya saya belanja disana. Setiap perubahan di wilayah tersebut pasti saya tau. Beberapa bulan belanja disana hanya dalam hitungan mingguan telah berdiri Indomaret di wilayah tsb. Berdiri lebih besar dan lebih megah persis disamping Sodaqo, hanya dibatasi oleh jalan kompleks.

Ada peristiwa yang mengherankan bulan lalu. Selesai belanja, diatas motor saya liat keluar emak2 berjilbab dari pintu Indomaret abis belanja. Istri saya ngomong pelan, “belanjanya di Sodaqo aja bu”.

Saya komentari, “iman itu bertingkat2, memberdayakan ekonomi umat lebih tinggi daripada memakai jilbab di era keterbukaan sekarang. Lebih tinggi daripada ngaji rutin atau ikut majlis dzikir. Bersyukurlah jika kita sudah melampaui itu semua”.

Belum pernah saya dapati lebih dari dua pengunjung di sodaqo setiap kali saya belanja disana. Dan jika tidak disupport oleh lembaga ACT niscaya beberapa mart sudah pasti tutup termasuk Sodaqo Tanjung Barat ini. Biaya operasional buat gaji 3 pegawai dan 1 supervisor, bayar listrik, dan bayar maintenance bangunan sangat besar, tidak mungkin tertutup dengan labanya jika jumlah pembelinya malu2 kayak gadis pingitan.

Penyakitnya seorang muslim adalah zona nyaman. Banyak orang yang sudah puas dengan capaian ibadahnya. Punya pasangan rajin sholat, anak masuk pesantren, ikut ngaji, ikut dzikir, hati uda tenang banget. Amal gak berubah dan gak nambah karena hati enjoy sudah masuk zona nyaman. Dia gak peduli lagi dengan ekonomi yang dikuasai aseng. Dia gak tau kalo sejengkal demi sejengkal tanah ini dimiliki asing.

Kita pasti pernah dengar hadits dibawah ini :

"Sesungguhnya sebaik-baik amal adalah yang paling kontinu meski ia sedikit." ( HR.Ibnu Majah)

“Sebaik-baik amal adalah shalat di awal waktu." (HR. Tirmidzi dan Hakim)

"Sebaik-baiknya dzikir adalah La ilaha illallah dan sebaik-baiknya doa adalah Alhamdulillah" (HR At-Tarmizi & Ibnu Majah).

dan yang sejenisnya. Intinya adalah Nabi ﷺ mengisyaratkan bahwa amal itu bertingkat2 sebagaimana surga pun bertingkat pula. Hadits ini tidak menafikan (mengingkari) amal yang banyak walau sesekali, sholat di akhir waktu atau dzikir2 lain. Semua amal tersebut baik dan boleh dilaksanakan. Hadits ini hanya memberitahu kita bahwa ada amal tertinggi dari setiap jenisnya.

Lalu amal apakah yang paling afdhal ? Ramai ulama terdahulu memperbincangkannya. Saya ringkas dengan kesimpulan dari Ibnul Qoyyim dalam Madarijus Salikin yang juga diambil oleh Yusuf Qordhowi dalam bukunya Niat. Amal menjadi utama tergantung kondisi dan tempat. Boleh jadi jihad adalah amal utama bagi muslim Suriah tapi tidak bagi muslim Indonesia. Boleh jadi shalat diawal waktu adalah amal utama bagi orang sibuk tapi bagi yang lapang waktunya tidak. Setiap waktu dan tempat berbeda keutamaan amal.

Amal utama bagi orang kaya bukan dzikir atau sholatnya tapi hartanya karena orang miskin tidak bisa beramal dengan hal tsb. Amal utama bagi ulama adalah mengajarkan ilmu karena orang awam tidak memilikinya. Dan amal utama bagi mujahid adalah berjihad. Kondisi setiap orang berbeda dalam keutamaan amal.

Pada kondisi negara diserang musuh maka amal yang utama adalah berjihad atas setiap muslim baik yang kuat maupun yang lemah. Sebagaimana kata Ibnu Taimiyah, “atas musuh yang menyerang maka tidak ada kewajiban lagi setelah syahadat kecuali jihad”. Bukan sholat atau puasa.

Pada kondisi negara kekurangan dana untuk berperang misalnya maka amal utama adalah berinfak. Sebagaimana mobilisasi dana saat perang Tabuk dulu, tidak ada seorang muslimpun kecuali mengeluarkan hartanya bahkan ada orang Anshar miskin yg bela2in jadi kuli panggul agar bisa nyumbang beberapa butir kurma. Setiap situasi berbeda dalam keutamaan amal.

Apa amal utama saat ini ? tahun lalu saat pilkada Jakarta bagi pemilik KTP jakarta adalah memenangkan lawannya Ahok. Tahun ini adalah memenangkan cagub pilihan ulama bagi pemilik KTP yang melaksanakan pilkada. Tahun depan adalah memenangkan ABJ (asal bukan jokowi).
Kalau dalam hal ekonomi maka amal utama adalah mengalahkan hegemoni aseng yang menjadi biang kerusakan negara. Oleh karenanya dukungan terhadap lembaga ekonomi umat harus full gak boleh setengah2 karena ini afdholul amal.

Kalo seseorang tidak beli sebatang sabun di 212 mart karena jaraknya lumayan jauh masih bisa dimaklumi. Tapi kalo emak2 pengajian jilbab panjang belanja di Indomaret padahal di sebelahnya ada Sodaqo/Kita Mart/212 Mart, ini mengherankan. Emang di majlis taklim diajarin apaan ?

Jangan asyik menuntut ilmu atau khusyu berdzikir aja sementara hartamu kau belanjakan kepada aseng yang jadi followernya penista Islam.

Seorang muslim yang beriman pasti antusias dengan hadits Nabi ﷺ berikut :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
Di surga itu terdapat seratus tingkatan, Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah, jarak antara keduanya seperti antara langit dan bumi. Karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Firdaus, karena sungguh dia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada Arsy Sang Maha Pengasih, dan darinya sumber sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611).

Kenapa harus minta surga Firdaus ? Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

الْفِرْدَوْسُ رَبْوَةُ الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُهَا وَأَفْضَلُهَا
Firdaus adalah surga yang paling tinggi, yang paling bagus, dan yang paling afdhal. (HR. Turmudzi 3174 dan dishahihkan al-Albani).

Firdaus adalah surga paling afdhal maka gapailah dengan amal utama. Firdaus adalah surga tertinggi maka raihlah dengan ketinggian amal.

Kita bicara sebaik2 amal saat ini pada diri muslim Indonesia. Dan jangan gagal paham, kita tidak menafikan amal yang lain. Amal terbesar saat ini adalah menyelamatkan rakyat Indonesia dari kehancuran yang dilakukan oleh pemerintah dan kroni2nya. Lakukan penyelamatan melalui poleksosbud.

Jangan sampe tidak ada kesedihan pada dirimu tatkala tdk belanja di lembaga milik umat. Jangan sampe tdk ada kesedihan dlm dirimu kalo belanja di gerai milik aseng.

Beragama itu harus punya ghirah (kecemburuan). Jika 212mart sepi dari pembeli sementara indomaret dan alfa ramai maka cemburulah. Bela abis2an dengan membelanjakan hartamu, dengan mempromosikannya kepada orang lain, dengan membantunya agar ia tetap hidup ditengah ummat.

Beragama tanpa ghirah sama aja tidak beragama. Ulama dikriminalisasi diem saja, Al Quran dinistakan tak bersuara, Nabi ﷺ dilecehkan tak ambil pusing, bahkan Allah swt dihina pun tak ada kemarahan dalam dirinya. Maka ketahuilah dirinya telah menjadi mayat hidup. Berjalan diatas bumi tanpa ruh. Ucapannya hanya rangkaian kata-kata tanpa ruh, boro2 membangkitkan semangat spt orasinya Bung Tomo, sekedar menegakkan badannya untuk bangun subuh saja tidak mampu.

_"Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka tidak dapat melihat dalam kegelapan. Mereka tuli, bisu dan buta. Sehingga mereka tidak dapat kembali"._ (2 : 17-18)

Mereka laksana mayat hidup berjalan tapi tidak bisa melihat. Tidak pernah peduli dengan agama karena telinganya tuli tak mendengar, tidak pernah melakukan pembelaan agama karena lisannya bisu. Merekalah yang tak memiliki ghirah dalam agama. Dan sayangnya mereka itulah munafik